menemukan-Mu dalam bait-bait diriku

Senin, 14 Desember 2015

Seorang Pelayat

Kita sebentar tidur dan bermimpi, kemudian bangun atas kesadaran melihat realita, tak seindah cerita para penghuni nirwana yang menyeruak tawa canda disana, tak sesejuk pagi buta yang nafas dingin masih mencumbuimu. tak semerdu nabi daud ketika melantunkan suara emasnya. aduh, ketika petaka sedang melayatmu kau sudah tertidur, atau bahkan sedang membisu diantara sudut kamar. tidak pulas, hanya sekedar memejamkan mata menghindari lautan tangis yang dari kini sudah membanjiri kamar hati. aku hanya seorang pelayat yang mengamati dan ingin memelukmu sejadinya, kemudian berbisik kita berada di dunia yang sama, berteduh di langit sama, adakah cerita yang bisa disampaikan olehmu? cukup pandang mataku yang sedari berbinar, menepis tangisan luka yang sedari tadi menyumpahiku. kau tak perlu setakut itu mendengar gemuruh langit murka, karena telah ku siapkan menghadap peradilan semesta, jika itu membuatmu nampak baik-baik saja, maka aku telah mencabut diriku demi ketenanganmu, dan setelahnya kau akan abadi pada suara nyaring udara.
Share:

0 komentar:

Blogger templates