menemukan-Mu dalam bait-bait diriku

Minggu, 13 Desember 2015

Kembali

aku semakin tertawa melihat diriku sendiri setelah menertawai yang lain. Ah tidak karuannya hidupku semakin menjelma penyakit akut stadium akhir. mengapa demikian, tanyaku pada dinding kamar yang menutupi kebingunganku. sambil menunjuk beberapa sudut yang selalu menjadi tempat mengatakan kekesalanku. berhari-hari melelapkan diri di sebuah ruang menjadikanku tak tertarik dengan apa yang di luar sana. aku bukan kurang piknik atau tidak ada yang mengajak untuk pergi, melainkan proyek piknik menyelami diri sendiri pun belum selesai. kamu kurang santai? kata Idris di suatu senja yang berhujan. justru aku yang paling santai, lihat teman-temanku memiliki etika akademik, sehingga akan segera menggelar sarjana.lihat sekalian mereka yang sudah pandai mencari nafkah, yang bersemangat hidup dan memperbaiki keadaan. sedangkan, diriku selalu disini menunggu hari berlalu dan menjadikannya tak berarti. kamu kurang bersyukur? kata Ma'ruf di suatu malam yang berisik. dimana kamu bisa melihat syukurku kawan? jika bibir hanya pedang dan ayunan pedang merupakan tindakannya. kemudian aku mengajaknya keluar sambil menadahkan tubuh hina ini pada langit yang merintikkan hujan, aku memang kurang dari apapun yang bisa kau sebutkan kawan, dari apa yang sedang kau terjemahkan padaku, dari apa yang sudah kau duga-duga padaku. aku memang begini, tidak diketahui dan dikubur dalam-dalam. dan pada akhirnya, apapun itu kita dipertemukan untuk bercerita oleh yang memiliki, Alwan .
Share:

0 komentar:

Blogger templates