menemukan-Mu dalam bait-bait diriku

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 14 Desember 2015

Sungai Dangkal

Sudahkah engkau membuat dirimu menjadi sungai dangkal, sehingga yang lain dapat muncul ke permukaan? Bebaskan dirimu dari belenggu keterikatan akal, hawa nafsu, karena tempat yang paling layak dihuni oleh nur Allah adalah hatimu. Bebaskan dirimu dari belenggu tipu daya kenikmatan, keduniaaan, meski kau bukan seorang arif billah. Bebaskan dirimu dari ketergantungan yang menyebabkan lupa akan Allah. Jika engkau tak pernah bersaksi kepada Allah, maka Allah telah menyaksikanmu hingga sampai saat ini. Bebaskan dirimu dari ketakutan akan kekeringan, kejahatan, kedzhaliman manusia, karena bila kita larut dalam Allah, tak ada yang lebih baik selain dari-Nya. Bebaskan dirimu dari segala teks-teks yang menuliskan tentang jalan hidupmu, karena realitas adalah jalan para pecinta, engkau akan menemukan ribuan buku, teks-teks di dalamnya, karena cinta adalah rahasia dari gudangnya. Bebaskan dirimu dari bersembunyi lewat pintu kenyamanan, masuk dan benamkanlah dirimu ditempat yang mengancam hidup, hancur dan buang reputasimu hampalah dengan mengosongkan diri, karena itulah kunci para arif billah. Dan lagi-lagi engkau tak akan berjumpa pada suatu wilayah, bila kau tak tahu dimana wilayah tersebut berada, karena engkau sedang buta dari sebuah tipuan yang sedang meniupkan kebaikan yang pada hakikatnya adalah ketidakbenaran.
Share:

Dalam Kata

 Jika pernah ada kata ja.a dan ata, maka pilihlah ata, karena ata berarti datang dari dalam, iya dalam hati. lain halnya dengan ja.a yang datang dari luar masuk ke dalam. ata adalah ekspresi kedatangan yang tumbuh dari dalam. maka sungguh, kau akan tahu apa yang sedang aku bicarakan...
Share:

Kidung Senja

meski, setiap detik aku tak mampu membacamu, tapi sesalmu tak ada arti bila dibanding kesetiaan diri. aku lelah, menerpa hujan yang kian deras membanjiri pipiku. aku terserah bagaimana akan hidup pada nyata-nyata yang tak kentera. sungguh, langkah kaki-ku ingin tergopoh-gopoh menyambangimu, dan apabila senja ini tak kujumpai, maka sungguh aku ingin bernyanyi dengan bidadari malam. engkau rembulan, pantulan sang surya yang segera tanggal dalam peluk bisu. suaramu berbisik merdu mengiring sepi di lautan hampa. apa dikira, aku seperti khayal tawa di setiap cerita? hingga padanan kata menyinggahiku memutar balikan lara diantara gelapnya sapa?
Share:

Samudera Kerinduan

biarlah kita mematut-patut keracikan kalimat, yang sanggup melukiskan siapa dan dimana sangkutan angan. seorang pemuda yang tengah bangkit memapag surya, hendaknya menengok segi-segi gemilang dari percaturan martabat. semoga, dunia ini tak segan mendekapmu dari jemari-jemari penuh kekotoran bertindak. lihat senja yang sekian kalinya dari peratapan nasib, mengubah caranya dia berkata menjadikanmu tak kenal siapa lagi dia. biarlah dia seperti kesekian kalinya mematut pada ufuk timur, karena sebentar kemudian dia akan tenggelam bersamamu di samudera kerinduan.
Share:

Seorang Pelayat

Kita sebentar tidur dan bermimpi, kemudian bangun atas kesadaran melihat realita, tak seindah cerita para penghuni nirwana yang menyeruak tawa canda disana, tak sesejuk pagi buta yang nafas dingin masih mencumbuimu. tak semerdu nabi daud ketika melantunkan suara emasnya. aduh, ketika petaka sedang melayatmu kau sudah tertidur, atau bahkan sedang membisu diantara sudut kamar. tidak pulas, hanya sekedar memejamkan mata menghindari lautan tangis yang dari kini sudah membanjiri kamar hati. aku hanya seorang pelayat yang mengamati dan ingin memelukmu sejadinya, kemudian berbisik kita berada di dunia yang sama, berteduh di langit sama, adakah cerita yang bisa disampaikan olehmu? cukup pandang mataku yang sedari berbinar, menepis tangisan luka yang sedari tadi menyumpahiku. kau tak perlu setakut itu mendengar gemuruh langit murka, karena telah ku siapkan menghadap peradilan semesta, jika itu membuatmu nampak baik-baik saja, maka aku telah mencabut diriku demi ketenanganmu, dan setelahnya kau akan abadi pada suara nyaring udara.
Share:

Nafas semesta adalah Dzikir

Dia bagaikan kamus yang harus kucari beberapa kosa kata yang tidak kumengerti, dan sepertinya akan kurangkai beberapa kata yang perlu dia fahami tentang hidup. bahwa, seberapa berat perjalananmu hingga melelahkanmu, maka cukuplah bertegur sapa pada hatimu, karena hati adalah koneksi antara engkau(makhluk) dengan Allah(khalik). Dia adalah kesadaran diri yang perlu engkau tambahkan porsi dengan selalu dzikr. setiap hela nafas adalah interaksi antara kehidupan pada dirimu dan semesta, kemudian hadirkanlah Asma Allah yang menciptakan semesta pada setiap nafas, maka itu kata sang guru yang bernama dzikir nafas. 
Share:

Dentum Al Hayat

Dentum Al hayat, mengisi tataran waktu yang kian berlalu, hanya dengan nafas kita berkata "aku masih hidup' diberkatilah hamba sahaya yang tak pernah bercakap tentang kenyataan yang pahit, seolah mimpi baru ini menginginkan hamba terlempar dari jalan biasa, semua sudah ada pengaturan biarkan mereka yang berkata kebetulan-kebetulan. hamba dilahirkan dari rahim ibu, tentangmu yang sudah membawakan lagu kehidupan pada ritme yang berbeda, kasih yang tanpa taraf terbalaskan ini , tersusun hanya untukmu pada bait pertama sajak ini terbilang. Aduhai, kita hanya batu yang tak tahu tanah, sehingga terkadang asal-muasal kita tak membuatmu menjadi makhluk "perasa". maka, aku berziarah pada batu nisan yang bertengger itu dengan nama yang sudah jelas dikenal, dimana cerita padanya diringi dengan tangisan yang terkubur dalam tanah makam ini, yasin-yasin, tahlil-tahlil,mengantarku untuk menembus langit, agar beliau mendapatkan kebaikan yang tak terhingga, karena aku anaknya yang mewarisi kebaikannya.
Share:

Ekstase Realita

Aku hampir ekstase dan mengundurkan diri dari dunia ini, namun lambat laun aku mengerti apa yang sebenarnya dihadapi oleh ayah, ibu, beberapa saudara, paman dan bibi dalam kehidupan ini. Mereka mempertahankan diri untuk dapat melangsungkan kehidupan bukan untuk dirinya sendiri, melainkan prioritas utama yakni anaknya. Bukan berarti mereka tidak ingin bebas, keadaan yang membuatnya demikian. Pernah, tangis bibi kudengar disudut pintu rs, melihat saudara sepupuku(anaknya) yang berulangkali kumat atas penyakit kronisnya. Kau tau dimana posisi kita? Kita hanya melihat, mengibakan, mendoakan dengan keadaan yang semacam ini. Kau tau bagaimana bapernya kita untuk menengok sedikit barangkali kita akan berfikir bahwa segala perjuangan yang sedang kita laksanakan tidak menuntut untuk kegagalan, tidak menuntut untuk berhenti, hanya saja cara mendidik manusia masa kini yang terbaik yakni lewat penderitaan. Karena seringkali penderitaan menusuk relung kalbu, sehingga pada kemudian hari hal ihwalnya akan lebih berhati-hati. Kembali, disudut pintu rs, bibi terisak dan berkata : apa salah keluargaku hingga aku diuji demikian? Jika aku yang bersalah, dengan cara apa bisa menebusnya? Biar aku yang menanggung beban tersebut, dibanding anak kecil yang belum tahu apa-apa, namun sulit berbuat apa-apa. Wan, kau yang lebih tahu dariku, apa yang bisa kulakukan untuknya? Sambil airmata itu mengalir membasahi pipi bibiku. Aku seperti terkena sengatan, di jantung yang berdebar demikian heboh, aku sendiri pun makhluk hina yang berdiri di depanmu bi, barang sedikitpun ku tak tahu rahasia-Nya. Tanganku sudah bergetar, mataku tak lagi bisa melihat dengan pasti sekelilingnya, yang kulihat sekarang bibi sedang meratapi kehidupannya. 
Share:

Minggu, 13 Desember 2015

Dikte-lah Dirimu Sendiri

Ada yang berpura-pura baik demi menutupi kesalahannya di masa lalu, ada yang terjebak pada nafas kesombongan di setiap langkah. Ada yang mencoba mengeluarkan teman se-agamanya dari agamanya karena melakukan apa yang tidak ia lakukan. Jangan bergurau, kesalahan kita tercatat disana-sini dan menuduh dengan kekesalan adalah teman dari kesalahan. Jangan bermain petak umpet kepada yang lebih tahu dimana lokasi bersembunyi, jangan menyembunyikan sikap burukmu atas agamamu. jangan bersikap pahlawan kalau tidak berani mati dalam peperangan. Bicara kita tak perlu selangit, bila sifat kita tak bisa seperti langit. Bicaralah membumi, karena darinya kau akan belajar merendahkan segala sikap dan bicaramu.
Share:

Bilik Kesunyian

AIM
aku mendatangi-Mu, dalam bilik sunyi. membawa kehinaan dalam ruang pengampunan. Ya Rabb, yang kuyakinkan selama ini dalam diriku adalah Rahmat-Mu lebih luas dibanding ampunan-Mu, dan ampunan-Mu tak terhingga dibanding dosa-dosaku. kini, aku datang dengan segala harap dan takut, menyeru-Mu dalam kidung sesalku,  batinku terkoyak-koyak dalam kemunafikan, hidupku semakin tiada karuan. 
Share:

Di sampingmu Adalah Kenyataan

mengapa aku demikian sibuk memperjuangkan impian yang jauh di depan, dan mengabaikan kenyataan yang dekat di depanku? hari ini adalah anugerah untukmu yang kembali pada fitrah setelah sekian lama tak mendengar suara langit, esok hari adalah keghaiban mutlak yang sepenuhnya kalian hanya memiliki prasangka saja. mengapa kita lebih mudah menyalahkan kenyataan, dan mengagumi impian? kita selalu tidak menyukai apa yang kita tak suka, padahal langit memintamu untuk waspada bahwa yang engkau tak suka, boleh jadi Dia suka. Dia menginginkanmu berbaik sangka, sedang kenyataan besarnya kalian selalu berburuk sangka. buah dari perjuangan bukan hasilnya, melainkan seberapa tangguh kita menghadapi dan melewatinya. buah dari kebaikan bukanlah balasannya, melainkan seberapa yakin kita memberi manfaat pada lainnya. buah dari cinta bukanlah dicintai, melainkan seberapa hebat kita mencintai dan menjaga i'tikad baik terhadapnya. mengertilah, 
Share:

untuk apa dan kepada siapa hidup ini di perjuangkan?

menyapu halaman memang mudah, sedang menjaga untuk selalu menyapunya kian susah. apapun di dunia ini yang diawali dengan kesungguhan ditengahnya ada semacam goda berupa keraguan, mantapkan langkah untuk menuju pelayaran, tujuanmu bukan sampai pada yang kau inginkan tapi sudah sampai mana engkau menemukan hakikatnya. adapun, pertanyaan yang belakangan ini kuhabiskan adalah untuk apa dan kepada siapa hidup ini di perjuangkan? 
Share:

Suara Langit

sampai kapanpun manusia tak akan bisa mendengar suara "langit" yang syahdu menghidupkan qalbu, selagi denting suara "bumi" masih bergemuruh membelenggu nurani hati.

Share:

Seimbang

adakalanya kita mesti belajar mendekap gelak tawa dan duka lara dengan kadar yang sama mesranya, sehingga tiada lagi yang namanya siklus suka duka, yang ada syukur tiada hingga.
Share:

Rendahkan Hati Kita


jika kita terlalu tidak tahu bukan berarti itu adalah kesalahan. tidak ada orang tahu, melainkan ia hanya lebih dahulu tahu. rendahkan hatimu bukan dengan gaya bicara lembutmu, melainkan mengobati hatimu dari penyakit. aku katakan merendahkan hati itu ibarat puasa yang menahan segala keinginan yang datang darihawa nafsu, dari ke"aku"an seolah diri yang berasal dari tanah terpijak ini adalah paling baik dan berprestasi seolah Allah tidak hadir dalam setiap gerakmu. Ibnu Athailah dalam hikamnyaberkata :idfiw wujuudaka fii ardlil khumuuli famaa nabata mimmaa lam yud fal laa yatimmanataa ijuhhu.
"Tanamkanlah dirimu di dalam tanah kerendahan, sebab tiap sesuatu yang tumbuh tetapi tidak ditanam, maka tidak sempurna hasil buahnya".
Share:

Bukan Rupa

bukan karena rupa menawan yang membuatmu seharusnya tertawan, melainkan dari siapa rupa itu ada dan membuatmu tertawan. bukan karena suara yang membuatmu nyaman, melainkan dari siapa suara itu hadir dan membuatmu nyaman.
Share:

Berbicara Hidup


mari berbicara tentang hidup ini dengan kesederhanannya.se-sederhana mengerdipkan mata beberapa kali dalam setiap menitnya, se-sederhana melihat sesuatu dalam keterdekatan, se-sederhana kita melangkah untuk kebutuhan. mari untuk tidak bersikap sulit kepada diri sendiri, tidak berbuat rumit demi kepuasaan lahir semata, tidak banyak melahirkan keputus-asaan harapan. mari berdiri dalam genggaman keberanian, bahwa yang terluka akan terobati, yang bersyukur akan bertambah, yang bersabar akan beruntung, yang hanya baru niat-niat saja untuk kebaikan semoga diberikan jalan. sungguh, semua ini adalah perjalanan menuju titik henti, titik pertemuan pada sang Ilahi.seberat, setenar dan sehebat apapun kita akan menuju titik henti. bekalnya adalah kesiapan, apakah kita sudah siap? 
sungguh juga, kepedihan yang sudah terlewat, bila kita bersabar akan menuai hasilnya. tidak habis, rasa syukur kita terhadap-Nya, tidak kurang pula rasa takjub kita pada segala peristiwa kehendak-Nya. sungguh, ketaatan memerlukan ujian, memerlukan berbagai perilaku untuk persiapan. mentalitasnya adalah keyakinan wahdaka la syarika laka, keteguhanya adalah la haula wala quwwata illa billahi, keniatannya adalah bismillahirrahmanirrahim.
Share:

Terjebak

meski demikian, aku adalah manusia yang selalu terjebak pada kenangan-kenangan. masih merutuk sendiri atas apa yang sudah menimpaku, bertanya dan mencari jawab kesana dan kemari. aku akan sepenuhnya sadar ini adalah kesalahan sendiri dan tidak mungkin orang mau dipersalahkan meski sejatinya terlibat kesalahan. aku harus sendiri mendefinisikan mana yang perlu dan seperlunya diberikan apresiasi. semua tak akan bisa dipukul rata atas hasrat kesamaan, ada beberapa pihak yang selalu mengesalkan dan menggembirakan. sungguh, kemanapun aku hanya akan menemukan diriku sendiri, meski sambut riang mereka silih berganti. tidak perlu kagum dan berbangga diri, semua akan terpendam di bumi ini.
Share:

Kembali

aku semakin tertawa melihat diriku sendiri setelah menertawai yang lain. Ah tidak karuannya hidupku semakin menjelma penyakit akut stadium akhir. mengapa demikian, tanyaku pada dinding kamar yang menutupi kebingunganku. sambil menunjuk beberapa sudut yang selalu menjadi tempat mengatakan kekesalanku. berhari-hari melelapkan diri di sebuah ruang menjadikanku tak tertarik dengan apa yang di luar sana. aku bukan kurang piknik atau tidak ada yang mengajak untuk pergi, melainkan proyek piknik menyelami diri sendiri pun belum selesai. kamu kurang santai? kata Idris di suatu senja yang berhujan. justru aku yang paling santai, lihat teman-temanku memiliki etika akademik, sehingga akan segera menggelar sarjana.lihat sekalian mereka yang sudah pandai mencari nafkah, yang bersemangat hidup dan memperbaiki keadaan. sedangkan, diriku selalu disini menunggu hari berlalu dan menjadikannya tak berarti. kamu kurang bersyukur? kata Ma'ruf di suatu malam yang berisik. dimana kamu bisa melihat syukurku kawan? jika bibir hanya pedang dan ayunan pedang merupakan tindakannya. kemudian aku mengajaknya keluar sambil menadahkan tubuh hina ini pada langit yang merintikkan hujan, aku memang kurang dari apapun yang bisa kau sebutkan kawan, dari apa yang sedang kau terjemahkan padaku, dari apa yang sudah kau duga-duga padaku. aku memang begini, tidak diketahui dan dikubur dalam-dalam. dan pada akhirnya, apapun itu kita dipertemukan untuk bercerita oleh yang memiliki, Alwan .
Share:

Blogger templates